Rabu, 02 Juli 2014 0 komentar

Rating Game Berdasarkan ESRB

The Entertainment Software Rating Board (ESRB) adalah sebuah organisasi regulator mandiri yang menilai permainan video, panduan pengiklanan, prinsip privasi video game online dan software hiburan lainnya di Kanada dan Amerika Serikat. ESRB dibentuk pada tahun 1994 oleh Entertainment Software Association (sebelumnya bernama Interactive Digital Software Association). Sejak tahun 2003, ESRB telah menilai 8,000 permainan yang diproduksi oleh 350 penerbit video game.

Setiap judul game yang bisa dimainkan seperti di playstation, ps2, nintendo wii, sega, xbox 360, psone, game online, gameboy, dingdong, dan lain-lain tidak semerta-merta boleh dimainkan oleh siapa saja terutama anak-anak. Ada lembaga independen khusus yang menilai apakah layak suatu game dimainkan oleh oleh anak, abg, remaja, dan lain sebagainya.

Untuk melihat rate penilaian suatu game video games, dapat dilihat di website www.esrb.com untuk yang valid. Hindari melihat dari rating di kemasan pembungkus game, karena bisa saja dihapus atau diubah menjadi cocok dimainkan semua orang oleh para pembajak game. Salah memilih game untuk anak bisa berdampak buruk bagi tumbuh kembang psikis dan pola pikir anak-anak kita.


1. EC (Early Childhood)
Game yang hanya boleh dimainkan oleh anak usia 3 s/d 10 tahun atau lebih.


2. E (Everyone)
Gama boleh dimainkan oleh siapa saja mulai dari anak-anak, dewasa dan manula.



3. E10+ (10 tahun ke atas)
Game yang hanya diperkenankan dimainkan oleh anak-anak di atas umur 10 tahun ke atas.



4. T (Teen)
Game yang diperbolehkan dimainkan oleh remaja dan orang dewasa.



5. M (Mature)
Game yang layak dimainkan oleh seseorang yang sudah dewasa dengan usia 17 tahun ke atas.


6. AO (Adult Only)
Game yang hanya boleh dimainkan oleh orang-orang yang telah dewasa saja.


7. RP (Rating Pending)
Game yang belum memiliki rating sehingga para orang tua harus menghindari membeli game ini kepada anaknya atau melakukan survey sendiri.


Selasa, 01 Juli 2014 1 komentar

Dampak Permanainan Modern Terhadap Eksistensi Permainan Tradisional



Untuk anak-anak jaman 90’an mungkin masih tau dengan permainan gobak sodor, petak umpet, kelereng, bentengan, congklak/bantumi, bentengan, dokter-dokteran atau masak-masakan untuk anak perempuan, dan lainnya. Namun, anak-anak jaman sekarang sudah jarang bahkan tidak ada yang memainkan permainkan tersebut, khususnya di kota besar. Hal ini dikarenakan kemajuan teknologi yang semakin canggih. Kecanggihan teknologi ini juga mempengaruhi dalam hal game. Permainan anak jaman sekarang sudah serba canggih. Mereka tidak perlu bermain di luar rumah dan jauh dari jangkauan pengawasan orang tua. Saat ini anak-anak dapat bermain dengan menggunakan berbagai gadget seperti  laptop, tablet, smartphone, maupun PSP yang tidak perlu bermain di luar rumah. Hal ini menguntungkan bagi sebagian orang tua, karena tidak perlu khawatir saat anak mereka sedang bermain.

Di sisi lain, anak-anak juga tidak capek saat bermain. Namun, permainan canggih jaman sekarang sudah banyak berdampak bagi ketenaran permainan tradisional yang sudah ada dari jaman dahulu yang dilestarikan oleh orang tua jaman dulu. Permainan tradisional banyak berpengaruh terhadap anak itu sendiri untuk aspek kreatif. Selain itu, permainan tradisional mengajarkan anak untuk berusaha membuatnya jika mau bermain. Sedangkan permainan modern, mereka tinggal download untuk mendapatkan mainan baru. Namun tidak sedikit permainan modern yang bermain dengan taktik untuk mengasah kecerdikan seorang anak dalam memecahkan masalah dalam permainan tersebut.


Memainkan permainan modern dan permainan tradisional sebaiknya seimbang. Tidak mengapa kita terpengaruh dengan permainan modern yang banyak berkembang pada masa sekarang ini, namun sebaiknya permainan tradisional tetap tidak dilupakan maupun ditinggalkan. Hal ini karena permainan tradisional tidak sekedar permainan melainkan juga budaya yang seharusnya dilestarikan. Untuk melestarikan permainan tradisional yang ada di Indonesia, dapat dilakukan dengan membuat komunitas pecinta permainan tradisional maupun dengan mengadakan perlombaan pada acara-acara tertentu seperti pada saat hari anak nasional. Dengan begitu maka permainan tradisional dapat tetap eksis pada masa anak-anak penerus kita nantinya. 
 
;